Saturday 15 January 2011

Cegah Kebakaran : Spark Detector

Kebakaran merupakan momok terbesar dalam industri manufaktur. Dalam dust collector kebakaran dapat dicegah dengan menggunakan spark detector unit. Umumnya kebakaran berasal dari serbuk terbakar atau percikapan api yang terbawa/terhisap masuk kedalam sistem dust collector. Percikan atau serbuk yang terbakar misalnya berasal dari mesin2 sander, atau mesin2 cutting. Bagaimana cara kerja spark detector ? Spark detector terdiri dari unit sensor, spray system dan control panelnya seperti terlihat pada gambar disamping kiri. Sensor kemudian nozzle spray pada

gambar di kanan dipasang pada ducting sebelum masuk

kedalam silo atau bagfilter, kerja sensor adalah mendeteksi adanya sinar infra merah yang melewati ducting. Apabila ada debu yang terbakar melawati sensor maka sensor akan mendeteksi dalam hitungan detik dan akan memerintahkan spray nozzle untuk menbuka dan menyemprotkan air untuk memadamk

an serbuk yang terbakar sebelum memsauki ruang bagfilter atau silo. Nozzle maupun sensor menggunakan power DC 24V yang dapat digerakkan oleh batere pada panel spark detector, sehingga walaupun lampu mati spark detector tetap bekerja. Website : http://www.safevent.dk/en/ dan http://www.grecon.de/
Share

Sunday 5 December 2010

Pitot Tube

Gambar disamping ini adalah alat ukur yang digunakan untuk Dust Collector, adalah Dwyer Air Velocity Kit dilengkapi dengan pitot tube. Dengan alat ini dapat diukur kecepatan udara, static pressure, dan dynamic pressure di dalam ducting.
Share

RPM Blower (3)

Seringkali kita memiliki blower tetapi data grafik, kapasitas, static pressure tidak ada, tetapi kita ingin menaikkan kapasitasnya. Untuk blower yang digerakkan oleh pulley kapasitas dapat dinaikkan dengan meningkatkan RPM blower (lihat posting RPM blower (1)), cara termudah adalah dengan menggunakan kuat arus (ampere motor) dan rumus Affinity Law, langkahnya adalah sbb : 1. Ukur ampere dan volt dari motor saat berjalan. 2. Hitung aktual power yang digunakan : BHP1(Kw) = Power nameplate (kw)*(ampere berjalan/ampere nameplate) *(volt berjalan/volt nameplate). BHP2(Kw) = 90% * power name plate Rumus diatas berlaku untuk motor diatas 5HP 3. Berapa besar RPM harus dinaikkan? tentunya harus sesuai dengan power motor bila terlalu besar kenaikkan RPM maka motor akan terbakar, untuk itu gunakan rumus hukum blower/fan : BHP2 = BHP1 * (RPM2/RPM1)^3 RPM2= RPM1 * (BHP2/BHP1)^1/3 BHP2: power setelah RPM dinaikkan BHP1: power sebelum RPM dinaikkan (power yang dihitung pada point 2 diatas) RPM1: RPM sebelum dinaikkan RPM2: RPM setelah dinaikkan contoh : Blower dengan motor 7.5 kw, RPM1= 1400, full load ampere pada name plate = 15.7 A, voltase pada nameplate = 380 v, hasil pengukuran dengan tang ampere rata2 = 9 A, pengukuran voltase rata2 = 380v. Mau dinaikkan kapasitasnya sampai mendekati batas power motor (90%). Jawaban : BHP1 = 7.5 * (9/15.7) * (380/380) = 4.3 kw BHP2 = 90% * 7.5 = 6.75 kw RPM2 = 1400 * (6.75/4.3)^1/3 RPM2 = 1627 Jadi RPM dinaikkan menjadi 1627
Share